7 Hari Mencari Mutiara Enggano
Diawal tahun 2016 ini aku ingin bercerita
tentang perjalan ku ke pulau Enggano. Aku sudah pernah ke pulau ini pada tahun
2014, berarti 1 tahun lamanya. Kawan ku, Indonesia memang negeri kaya raya dan
salah satu buktinya adalah pulau ini . 1001 potensi pulau ini menunjukan bahwa
provinsi Bengkulu memiliki sumber daya alam yang berlimbah, khusunya lautnya.
Bersama Pak Aceng, Kak deni, Douglas dari amerika, kak Yoga dan kak Rahmat, aku
memulai perjalanan luar biasa.
Perlu waktu 12 jam menggunakan kapal feri
untuk ke pulau Enggano. Jika teman-teman memiliki kebiasaan mabuk laut maka
harus meminum obat sebelum memulai berpegian. Kapal feri berangkat dari
perlabuhan Pulau Bai Kota Bengkulu pukul 17.00, artinya kita tiba di Enggano
pukul 05.00 pagi esok harinya. Kita bisa membawa motor untuk membantu
mengelingi pulau yang luasnya lebih kurang 40 km2.
Beberapa orang dari tim kecil ini bermasalah
terhadap mabuk laut, sehingga harus langsung diantisipasi seperti kak Deni, Kak
yoga dan Kak rahmat. Bagiku, Ini adalah perjalan ke enggano untuk kedua kali.
Pertama kali aku menginjakan kaki di pulau enggano saat menjalani program
kuliah kerja nyata oleh universitas Bengkulu.
Bagi Pak Aceng, Kak Yoga, Kak Deni, Kak Rahmat
dan Douglas ini adalah kali pertama mereka ke Enggano dan yang pertama
berpergian dengan kapal selama 12 jam. Aku tak heran jika mereka merasa tak
nyaman dengan kadaan kapal yang terus bergoyang serta tempat tidur yang tak
nyaman. Bahkan untuk meluruskan badan pun sangat susah. Akhirnya Kami tiba di
pelabuhan kahyapu Enggano. Rasa mual di perut dan asam di lidah masih terasa
hingga turun dari kapal. Kami tiba pukul 07.00 sedikit meleset dari perkiraan
semula. Lapar mulai terasa karena dari tadi malam hingga pagi perut kami hanya
di hangatkan oleh mie instans yang di jual di kapal. Oh ya, harga makan di
kapal dua kali lipat dari harga di sekitar pelabuhan, sehingga lebih baik
membawa persediaan bekal untuk di kapal.
*hari pertama*
Kami menginap di rumah Pak Widodo selama di
enggano desa Ka’ana. Pak Widodo adalah seorang guru, aku akrab dengan beliau
karena membantu mengajar di SD ka’ana salah satu desa di pulau Enggano.
Setengah hari kami gunakan untuk beristirahat dan membersihkan badan. Aku
sedikit terharu saat kedatangan ku kembali di desa Ka’ana ini, kedatangan ku
disambut hangat oleh warga disana. Ternyata mereka masih ingat dengan ku, masih
hapal namaku walaupun pertemuan kami terakhir 1 tahun yang lalu. Pribahasa
pernah berkata, siapa yang menanam kebaikan maka ia kan memetiknya. Hari itu
aku merasakan menjadi bagian dari mereka, warga ka’ana.
Untuk memulai pertualangan, aku menyarankan kepada tim
untuk berkeliling desa terlebih dahulu. Desa kaana sendiri memiliki pantai yang
indah, aku mengajak untuk melihat pantai kaana. Ini pendapatku, tidak ada
pantai yang tidak indah di Enggano. Jelas saja, saat tim tiba di pantai mereka
langsung terperangah dengan keindanhan pesona alam, laut yang biru, pasir putih
dan ombak yang kecil sangat memanjakan mata.
Benar saja, Kak Deni
langsung mendorong sampan kecil yang ada di pinggir pantai. Dia bermaksud untuk
menikmati suana ini dengan maksimal. Tak lama bersalang, Kak Yoga dan Douglas
mulai membantu, aku, Pak Aceng dan Kak Rahmat sibuk mentertawakan kalakuan mereka.
Pak Aceng yang tadinya sibuk memotret pemandangan mulai meminta untuk memotret
kan dirinya. Aksi lucu Kak deni belum berakhir, kapalnya terlalu kecil untuk
Kak Deni seorang, berbagai metode sudah dicoba tetapi alhasil tetap air laut
masuk ke kapal. Akhirnya kapal beralih ke Douglas yang dari tadi sudah memegang
dayung dari papan datar sangat penasaran dengan kapal kecil atau disebut kano. Mungkin
di Amerika cukup sulit menemukan kano, sehingga tampak ekspresi sangat senang
dari wajah douglas saat mendayung.
Kak deni dan Sampan Kecil |
Kami berjalan
menyelusuri pantai kaana, jika kita berjalan terus maka ujung dari pantai ini
adalah perbatasan desa. Perjalanan menyelusuri pantai ini penuh dengan
perbincangan mengenai potensi Enggano. Pak Aceng yang sangat antusias dengan
Enggano, besemangat sekali membicarakan tentang rencana-rencana untuk membuat
tempat ini menjadi lebih tekenal lagi. Memang selama ini banyak masyarakat Kota
Bengkulu belum mengenal Enggano, wisatawan manca negera sesekali pernah
berkunjung ke Enggano. Salah satu ide Pak Aceng adalah melakukan penelitian
untuk disertasi S2 dan S3 di Enggano, apapun topik yang dibahas pasti akan
menarik kata beliau, karena Enggano punya ciri dan daya pikat yang kuat.
Puas rasanya
menyelusuri pantai, kami akhirnya memutuskan untuk pulang kerumah dan
beristirahat. Untuk hari itu kami hanya menyelesuri pantai, kemudian kembali ke
rumah melalui jalan raya. Di perjalanan Pak Aceng mengatakan “jika bisa minum
kelapa akan tambah mantap perjalanan ini”, dan langsung melirik kearahku. Aku
mengerti arah pembicaraan beliau, langsung saja aku tawarkan untuk berhenti
disalah satu rumah warga yang aku kenal. Akhirnya perjalanan kami ditutup dengan
meminum air kelapa, sedapnya. Inilah buahnya jika KKN mengakrabkan diri dengan
warga, pikirku. Ada sebuah ungkapan Pak Aceng saat menyantap kelapa muda yang cukup bagus menurutku, “ Sarjana
Biologi itu perlu ilmu morfologi untuk membedakan buah kelapa dengan lainya,
tetapi tidak cukup, jika ia ingin kelapa muda maka ia butuh ilmu sosial untuk
mendapatkanya”.
Malam telah tiba,
susana desa kaana belum juga sepi. Harus aku akui warga kaana sangat aktif
menghidupkan masjid, azdan selalu berkumandang setiap waktu sholat. Desa ku pun
yang berada di Bengkulu hanya 2 waktu saja berkumandang azdan. Sungguh malu
jika bercertia dengan tokoh-tokoh di desa ini mengenai perbedaan itu.
Setelah makan malam,
kami pun berkumpul di teras rumah untuk mengakrabkan diri dengan warga sekitar.
Diskusi hangat pun dimulai, apa lagi hadirnya Douglas menambah minat warga untuk
datang ke rumah tempat kami menginap. Pak Ani adalah salah satunya, ia
merupakan teman akrabku saat KKN dahulu, beliau sangat banyak membantu kami.
Malam itu ia menawarkan kepada kami untuk ikut ke laut nanti malam jam 11
melihat jaring yang ia telah pasang sore tadi. Ikan yang didapat bisa
dipanggang atau di goreng. Aku langsung mengiya kan ajakan Pak Ani sambil
mengajak teman-teman yang lain.
Ikan Bakar Tim dan Pak Ani |
Aku, Douglas, Pak
aceng, dan Pak widodo terus mengobrol hingga jam 11 malam. Ada beberapa hal
yang menurutkan sangat dalam pembicaraan malam itu. Asimilasi kebudayaan yang
berpadu menjadi harmoni kehidupan seseorang ternyata menjadi keyakinan
tersendiri untuk mendorong dalam melangkah atau mengambil keputusan, itu salah
satunya. Hal lain adalah semangat Pak Aceng mendorong ku untuk melanjutkan
studi ke jenjang lebih tinggi lagi. Semangat beliau melampaui semngat ku saat
itu, jujur saja aku kehilangan arah, karena belum tahu akan kemana aku
melangkah. Belajar dari kultur budaya yang ada diIndonesia, itu yang dikatakan
oleh Pak Widodo. Douglas menambahkan jika di Barat, jika seorang pemuda sudah
berumur 20 tahun ia akan berusaha mandiri dan melepaskan diri dari tanggungan
orang tuanya. Sangat kontras dengan kebudayaan orang sunda, para orang tua
ingin anak-anaknya tidak hidup berjauhan dengan dirinya. Kata marantau bagi
orang sunda sangat asing tetapi bagi orang padang sangat khas. Obrolan malam
itu ditutup dengan nasehat dari Pak Aceng kepadaku, bilau menerangkan bahwa
masa muda harus di manfaatkan, pergilah dari Bengkulu keliling ke Eropa,
tingkatkan bahasa inggris karena itu adalah alat, dan perbanyak saudara dimana
saja.
Jam 11 malam setelah
obrolan hangat itu selesai, aku membangunkan Kak deni, Douglas, Kak Rahmat dan
Kak Yoga untuk ikut ke laut melihat jaring ikan bersama dengan Pak Ani. Laut
malam itu sedang surut, sehingga sengat mudah melihat biota laut pada malam
hari. Aku sendiri yang menemani Pak Ani melihat jaring ke tengah laut sedangkan
yang lain tinggal di pinggir pantai. Hanya 30 menit memasang jaring sudah
sangat banyak ikan yang tertangkap. Kami pun membakar ikan yang telah didapat
di rumah Pak Widodo. Ini merupakan liburan di pulau tetapi mewah. Malam itu
kami tutup dengan memakan ikan bakar sederhana tetapi rasa kelas dunia.
*Rencana Rahasia*
Esok harinya, aku dan tim bersepakat untuk
menjejaki Enggano dengan sepeda motor. Jadwal kami hari ini cukup padat, selain
traveling menggunakan sepeda motor kami
juga akan ke pulau dua salah satu pulau kecil di enggano. Tadi malam saat
menyantap ikan bakar, Pak Aceng mendapatkan ide untuk membuat video potensi
economi wisata dengan memanfaatkan penyu sebagai daya tarik wisata asing. Ide
Pak Aceng ini bermula dari diskusinya dengan seorang Bapak yang tinggal di sebalah
rumah Pak Widodo yang mengatakan bahwa di Enggano merupakan tempat perlintasan
imigrasi penyu dari samudera hindia ke Australia. Akhirnya kami bersepakat
bahwa nanti sore kami akan ke pulau dua untuk membuat video tersebut. Kenalan
ku yang bernama Bang Ateng sudah hubungi lewat telepon dan pesan singkat,
beliau bersedia untuk menjemput kami di pelabuhan kahyapu nanti sore.
Kami mememulai perjalanan traveling darat dari desa kaana. Sudah setahun
lebih aku tidak berkeliling Enggano, akhirnya hari itu aku kembali melihat
bentangan alam indahnya pulau di ini. Banyak perubahan yang aku saksikan,
pembangunan seperti desa trans telah mengkikis sedikit demi sedikit hutan
Enggano, rasanya Enggano bertambah panas sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk di pulau ini. Jalan dari desa Kaana menuju Malakoni yang merupakan
desa ke tiga dari pelabuhan kahyapu masih mengandahlkan koral karang yang sudah
mati akan tetapi saat ini jauh lebih baik dari setahun yang lalu. Pak Aceng dan
Tim tidak puas mengucapkan kagum dengan indahnya alam Enggano, mereka tidak
menyangka Enggano memiliki penduduk yang cukup banyak dan alam yang indah. Ujung
dari perjalanan ini adalah
Selain melihat panorama alam, misi kami adalah
mendapati gereja tua yang umurnya sekitar 300 tahun. Kami sempat singgah di
pemakaman umum yang terletak di pinggir jalan, salah satu kuburan yang khas
dengan model eropa menarik perhatian kami. Tanggal di nisan makam itu adalah
1878 artinya sudah lebih dari 1 abad. Sejarah menunjukan bahwa pulau enggano
disinggahi oleh pemerintah belanda dan jalur perdangan VOC. Kami melanjutkan perjalanan ke desa terakhir
yaitu banjar sari, di sana kami dapati buah mangga yang berjatuhan di pinggir
jalan, tergelak bergitu saja , maka kami mengambil dan mulai mengupas kemudian
memakannya.
Aku melihat jarum jam tanganku yang menunjukan
jam 13.00 artinya sudah waktunya istirahat. Kami akhirnya beristarahat d warung
mei ayam di desa malakoni. Ini mungkin satu satunya warung mie ayam yang ada di
enggano kawan. Setelah selesai menyantap mie ayam, kami bergerak kea rah pelabuhan
kapal perintis desa malakoni. Di enggano terdapat 2 pelabuhan, yaitu di desa
kahyapu dan malakoni. Saat menunggu tim mengabadikan diri dalam frame foto, aku
kembali menghubungi Bang Ateng yang dari tdi pagi telepon ku tidak ada respon. Sudah
lebih dari 3 kali ku coba menelpon tetapi tetap saja tidak ada yang menggangkat
penggilan ku. Panggilan ke 4 akhirnya ada yang menggangkat, suaranya sangat
khas dan aku tahu itu bukan suara Bang
Ateng tetapi akupun lupa. Beberapa saat aku mengingat itu adalah suara aris,
aku langsung menyapa dan langsung mengatakan kami ingin menginap di pulau dua
dan meminta tolong untuk menjemput di dermaga kahyapu. Bang ateng langsung
meniyakan, dia meminta kami jam 4 sudah ada di dermaga. Aku kemudian segera
memberitahukan kepada tim untuk segera ke desa kaana sekarang karena jam 4
semuanya harus ada di dermaga. Kami akhirnya langsung menuju desa kaana,
semuanya memacu motor masing-masing termasuk aku. Aku membonceng Pak Aceng
kawan, ada rasa canggung untuk menambah kecepatan motor karena takut ada
apa-apa dengan beliau. Sehingga aku memutuskan untuk berada di paling belakang
saja.
*Pulau Dua*
Kami akhirnya ke pulau dua kawan, menggunakan kapal nelayan kecil kami menyeberang lautan. hanya membutuhkan waktu 20 menit saja, maka akan di pulau paling besar di antara pulau kecil di Enggano. pertualangan yang sungguh luar biasa, ini merupakan cita-cita ku saat KKN di enggano yang belum tercapai, dan Alhamdulillah hari itu aku bisa ke pulau dua. AKu menyaksikan birunya laut, gemericik ombak kecil yang ditabrak sampat sebagai musik alam yang indah. Hal yang menjadi perhatian ku adalah jernih air laut sehingga tampak gugusan karang di bawahnya. Tak henti hati ini besyukur kepada sang Khalik yang telah menetapkan ku sebagai orang indonesia dengan 1000 pesonanya.
Setibanya kami dipulau dua, aku langsung berdiskusi dengan Bang Ateng dan kawan-kawan maksud dan tujuan kami. Kami ingin membuat video tentang potensi enggano sebagai tempat wisata penyu dunia, dan kami ingin memberitahukan kepada dunia bahwa di Enggano sangat mudah bertemu dengan penyu. Bang Ateng dan kawan-kawan menyambut tujuan kami dengan senang hati. akhirnya aku dan kak Yoga akan bergabung dengan Bang Ateng mencari ikan dan penyu.
Jam 17.30 kami memulai mengarungi lautan di sebalah pulau, ada sebuah tempat yang sering dijadikan penyu lokasi beristirahat saat malam hari. Angin malam di tengah laut sangat dingin, apa lagi ini yang pertama kalinya aku berada di kapal kecil ditengah lautan. Ingat rasanya dengan film Richard Parker (nama seekor harimau) dengan manusia yang terjebak dalam satu kapal berhari-hari. Aktivitas penyeleman pun dimulai pada jam 20.00, Aris dan Agus yang pertama menyelam, tidak begitu lama mereka keluar dari air dengan 2 ekor ikan yang sangat besar. Luar biasa sekali potensi ikan di enggano ini. Penyelaman kedua dimulai dan hanya 10 menit aris keluar air dengan mengangkat seekor penyu hijau yang cukup besar. kami segera membantu aris dengan mengangkat penyu ke dalam kapal. Kami menjadi sangat yakin bahwa enggano memiliki potensi sebagai tempat wisata alam.
Kami akhirnya pulang di pondok jam 03.00 subuh, padahal biasanya Bang Ateng dan kawan kawan pulang jam 06.00 akan tetapi karena cuaca kurang mendukung dan kasihan melihat kami yang tidak biasa dengan dinginnya udara laut. Kadatangan kami ternyata sudah lama dinanti oleh Pak aceng dan lainnya. Semuanya menjadi sangat senang karena perjalan ini kami dapat bertemu dengan penyu Enggano. Penyu yang didapat seterusnya kamu ukur panjang dan lebarnya. Douglas yang menjadi anggota koservasi penyu langsung mengetahui jenis penyu tersebut. Dia sangat senang melihat penyu tersebut, tempak di raut mukanya. Pada pukul 07.00 kami tim dan Bang Ateng juga kawan kawan lain melepas kembali penyu itu ke laut lepas. semua akitivitas dimulai keberangkatan, menangkap dan melepaskan penyu sudah terekam semua dalam kamera. ini akan menjadi bekal kami untuk mempromosikan Enggano kedepannya. Besar harapannya ide yang sangat bagus ini dapat terlaksana dalam waktu dekat.
Penyu Enggano |
Setelah melepaskan penyu kami memutusnkan untuk berkeliling pulau dua dan snorkling di sekitar pulau. Kak deni tidak ingin berhenti snorkling dari jam 08.00 pagi hingga siang hari. Ternyata Kak Deni sangat terpesona dengan indahya dunia bawah laut enggano. Kami tidak ingin kalah dari Kak deni lalu Aku, Kak Yoga, Kak Rahmad dan Douglas juga ikut snorkling hingga sore hari. Detik demi detik tidak ingin kami lewatkan di pulau nan ekosotis ini.
Tim, Bang Ateng dkk |
Panorama Pulau dua |
*Sesuatu di Luar Rencana*
Sore harinya kami pulang kedesa, setelah puas membuat jejak baru di pulau dua Enggano. Kami tidak berhenti membahas tentang kejadian lucu yang terjadi di pulau dua satu hari ini. hingga tak terasa kami tiba di desa Kaana kembali. Aku dan Tim disambut oleh Pak Widodo beserta istrinya. Mereka menanyakan bagaiman keadaan kami. Pak widodo mengatakan kepada kami bahwa kapal feri batal berangkat hari ini dari bengkulu. Semuanya tersentak, setelah mendengar berita yang disampaikan Pak widodo. Jika kapa tidak berangkat dari Bengkulu hari ini ke Enggano hari ini, maka kepulangan kami akan tertunda.
Semua diluar rencana, kami memutuskan untuk mencari alternativ lain, yaitu pesawat. Pak Aceng dan Douglas harus pulang paling lama hari selasai di bengkulu karena ada jadwal seminar hasil penelitian. Aku, Pak Aceng , Kak Deni dan Douglas esok paginya pergi ke Malakoni untuk menanyakan ada atau tidak pesawat ke Enggano hari senin, Hasilnya sia-sia, pesawat ternyata juga tidak akan ke Enggano dalam waktu dekat karena izin belum tuntas, begitu juga dengan kapal perintis. Aku mengatakan kepada Pak Aceng, kita benar-benar terjebak di Pulau Enggano.
Kami selalu berusaha mencari informasi tentang kapal feri. Isu yang beredar kapal akan ke Engano hari minggu, dan tiba di Enggano hari sening. Artinya kami akan tiba di Bengkulu pada hari selasa. Harapan pulang ternyata masih ada. Untuk mengisi waktu luang aku mengajak beberapa sahabat kecilku pergi ke bendungan irigasi desa. Disana kami akan memancing ikan, karena masih banyak tempat memancing yang bagus di Enggano. Aku mengajak Kak Yoga, Kak Rahmat dan Douglas.
Hasilnya cukup memuaskan, kami mendapatkan ikan yang cukup banyak. Semuanya strike, kecuali aku hehe.
Kak Rahmat, Ahmad dan Pamungkas |
Aku dan Ikan Hari Ini |
*Happy Ending*
Akhirnya hari senin tiba. Perpisahan dengan pulau Enggano kian dekat terasa. Kami semuanya berterima kasih dengan keluarga Pak Widodo sudah bersedia menyediakan tempat tinggal untuk kami selama di Enggano. Setelah sekian lama tidak menginjakan kaki di Enggano, dan sekarang harus meninggalkan nya kembali. Semoga kenangan-kenangan selama disana menjadi terbaik dalam hidup ini.
Kami memiliki banyak PR dan gagasan tentang Enggano dengan sejuta potensi yang dimilikinya. Tidak perlu jauh-jauh berlibur ke Bali karena pantai enggano jauh lebih indah. Enggano bisa menjadi alternatif utama wisata bahari Bengkulu.
Aku berharap catatan perjalan ini bukan lah yang terakhir. Akan ada catatan berikutnya. AKu ingin sekali melihat indonesia timur, melihat Papua dan makan papeda. Semoga Allah menyempatkan ku untuk berkeliling Indonesia dan Dunia.
Terima kasih kepada Pak Aceng sebagai sponsor utama dan penasehat spritual. Terima kasih kepada TIM Enggano Ekplorer, Kak Deni,Kak rahmat, Kak Yoga dan seorang pemuda Amerika Douglas Lowtan. SAMPAI JUMPA LAGI DI CORET CORET BERIKUTNYA
Terima kasih kepada Pak Aceng sebagai sponsor utama dan penasehat spritual. Terima kasih kepada TIM Enggano Ekplorer, Kak Deni,Kak rahmat, Kak Yoga dan seorang pemuda Amerika Douglas Lowtan. SAMPAI JUMPA LAGI DI CORET CORET BERIKUTNYA
TIM dan Pak Widodo beserta Istri |
Wow bagus ceritanya, tapi tolong dipasifkan... :D
BalasHapusBisa ditambahkan buku tamunya, atau diagram pengungjung pada sisi kirinya...
BalasHapus#Saran-Gratis-&-Dibiarkan-Tidak-Apa2x