6 Permintaan Terakhir Seorang Ayah
Jumat muabarak, seperti biasa aku sholat di masjid di kampus ku. khotbah dari khotib sedikit amenguras air mataku kali ini, temanya biasa seorang ayah akan tetapi, ia membahas tentang detik-detik kebersamaan dengan pria pengasih itu dalam kehidupan ini. Berikutlah apa yang khotib sampaikan.
Allah Maha Pengsih dan Maha Penyayang, dengan sifat yang luar biasa itu kita dititipkan kepada dua manusia mulia. Seorang bernama ibu dan seorang bernama ayah. Mereka adalah perpanjangan tangan Kasih dan Sayang Allah untuk merawat kita di dunia ini. Akan tetapi, waktu berlalu begitu cepat, hingga tak terasa Ayah dan Ibu sudah terlihat senja.
Ayah adalah seorang laki-laki penyayang dalam marahnya, lembut dalam kerasnya, peduli dalam kediamannya. Kebersamaan dengan ayah mungkin tak lama lagi. Dulu sang Ayah sangat kokoh badannya, sekarang mulai kehilangan kekuatannya, dulu ia tegap pundaknya kini mulai bungkuk kerena terus memikul harapan akan anak-anaknya. Lihatlah tanda-tanda itu, sebentar lagi waktu itu akan tiba, perpisahan yang nyata. Setiap jiwa pasti merasakan kematian itulah suratan dunia.
Detik-detik kebersamaan dengan sang ayah. Ayah mulai sakit-sakitan, badannya yang dulu sehat, mulai digeroti satu demi satu oleh penyakit. Tampak keriput kelelahan disekitar wajahnya. Jika kita menyadari bahwa selama ini sungguh ayah sudah bekerja keras untuk ku.
Tibalah saat itu, ketika sang waktu berhenti. Malaikat penyampai rezeki pun menghampiri sang ayah, seraya berkata, "hai fulan tidak ada rezeki lagi untuk mu hari ini", setelah itu, datanglah malaikat yang bertugas memisahkan manusia dari dunia, pemisah antara nikmat, malaikat maut izrail. Tubuh ayah mulai dingin, karena nyawanya mulai di cabut, Tidak lama setelah itu, tubuh ayah pun kaku, tidak berdaya, datang ingatan tentang tegap nya ayah di waktu dulu kini dingin dan kaku, ayah sudah tiada.
Tibalah saat itu, ketika sang waktu berhenti. Malaikat penyampai rezeki pun menghampiri sang ayah, seraya berkata, "hai fulan tidak ada rezeki lagi untuk mu hari ini", setelah itu, datanglah malaikat yang bertugas memisahkan manusia dari dunia, pemisah antara nikmat, malaikat maut izrail. Tubuh ayah mulai dingin, karena nyawanya mulai di cabut, Tidak lama setelah itu, tubuh ayah pun kaku, tidak berdaya, datang ingatan tentang tegap nya ayah di waktu dulu kini dingin dan kaku, ayah sudah tiada.
Mulai ramai rumah kita, sanak saudara berdatangan memberikan rasa bela sungkawa dan penguatan. Keluarga mulai dikumpulkan untuk segera mengurus jenazah sang ayah. Ayah yang masih memakai baju saat sakaratul menjemputnya kemudian di lepaskan untuk dimandikan. Tahu kah kita, bahwa sebenarnya ada permintaan ayah kepada kita saat-saat terakhirnya, apakah itu ?
Saat baju sang ayah dilepaskan, ia ingin yang melepaskan itu adalah anaknya, "oh anakku dulu aku sangat senang melepaskan pakaian kotormu, bahkan aku cuci dengan parfum dan aku juga menyetrikanya, oleh karena itu aku ingin terakhir kalinya kau yang melepas bajuku ini"
saat baju sudah dilepaskan dan henda dimandikan, sebanarnya ayah ingin berkata, "oh anakku dulu hampir setiap hari aku mamandikanmu, kubelikan sabun terbaik dan teharum, walaupun engkau sering nakal dan bermain empair hingga bajuku basah karenanya, tetap aku tetap senang melihatmu. kini aku meminta kamu yang memandikan ku untuk terakhir kalinya walaupun aku tak bergerak lagi"
Saat selesai mamandikan, maka jenazah ayah segara di kafani, sebenarnya ayah ingin berkata kepada anakanya " oh anakku, dulu aku belikan baju terbaik untukmu, agar kamu tidak diejak teman temanmu, kau sangat susah untuk memakaikan pakaian kepadamu, engkau selalu lari kesana kemari, melatihmu untuk bisa memakai pakaian setiap hari dan mandiri, untuk terakhir kalinya, aku meminta mu untuk memakaikan baju ku yang sangat sederhana ini (kafan) kepadaku wahai anakku"
Saat selesai mangkafankan, maka jenazah ayah diletakan di ruang tamu, dihadapakan kepada kiblat, lalu salah seornag kerabat berkata, sifulan akan segera di sholatkan. Sebenarnya ayah ingin berkata saat ini, " wahai anakku, aku mengajarimu sholat, aku marah saat kau tak taat, tujuan ku adalah saat ini kau pimpin sholat untuk aku wahai anakku"
Saat baju sang ayah dilepaskan, ia ingin yang melepaskan itu adalah anaknya, "oh anakku dulu aku sangat senang melepaskan pakaian kotormu, bahkan aku cuci dengan parfum dan aku juga menyetrikanya, oleh karena itu aku ingin terakhir kalinya kau yang melepas bajuku ini"
saat baju sudah dilepaskan dan henda dimandikan, sebanarnya ayah ingin berkata, "oh anakku dulu hampir setiap hari aku mamandikanmu, kubelikan sabun terbaik dan teharum, walaupun engkau sering nakal dan bermain empair hingga bajuku basah karenanya, tetap aku tetap senang melihatmu. kini aku meminta kamu yang memandikan ku untuk terakhir kalinya walaupun aku tak bergerak lagi"
Saat selesai mamandikan, maka jenazah ayah segara di kafani, sebenarnya ayah ingin berkata kepada anakanya " oh anakku, dulu aku belikan baju terbaik untukmu, agar kamu tidak diejak teman temanmu, kau sangat susah untuk memakaikan pakaian kepadamu, engkau selalu lari kesana kemari, melatihmu untuk bisa memakai pakaian setiap hari dan mandiri, untuk terakhir kalinya, aku meminta mu untuk memakaikan baju ku yang sangat sederhana ini (kafan) kepadaku wahai anakku"
Saat selesai mangkafankan, maka jenazah ayah diletakan di ruang tamu, dihadapakan kepada kiblat, lalu salah seornag kerabat berkata, sifulan akan segera di sholatkan. Sebenarnya ayah ingin berkata saat ini, " wahai anakku, aku mengajarimu sholat, aku marah saat kau tak taat, tujuan ku adalah saat ini kau pimpin sholat untuk aku wahai anakku"
Saat selesai mensholatkan, jenazah ayah diletakan dikeranda, sebenarnya ayah inigin berkata " anaku, dulu aku mengantarkan mu ke sekolah, dari taman kanak hingga kamu bisa mandiri, aku tetap mengantarmu jika kamu ingin pergi jauh, kini aku hanya meminta kamu antarkan aku ke tempat terkahirku, gotong kerandaku ini wahai anaku, walaupun ini hanya sekali"
Saat sampai di pemakaman, keranda jenazah ayah diletakkan, dipinggi liang lahat. Sebenarnya ayah ingin berkata "wahai anaku kamu sering tertidur di depan kemudian aku memindahkan mu ke kamar, menuidurkan mu dengan lagu-lagu dan cerita dongeng, mengelus rambut dan mengecup pipimu saat kamu terlelap dalam mimpimimu, dan kini aku minta kepada mu, agar kamu bisa menghantarkan ku masuk kedalam tempat terakkhirku, membaringkan ku ke dalam pembaringanku"
Wahai anakku itulah permintaan terakhirku, sekarang tidak bayak aku inginkan hanya doa dari engkau, wahai anak ku yang sholeh dan sholeha.
Saat sampai di pemakaman, keranda jenazah ayah diletakkan, dipinggi liang lahat. Sebenarnya ayah ingin berkata "wahai anaku kamu sering tertidur di depan kemudian aku memindahkan mu ke kamar, menuidurkan mu dengan lagu-lagu dan cerita dongeng, mengelus rambut dan mengecup pipimu saat kamu terlelap dalam mimpimimu, dan kini aku minta kepada mu, agar kamu bisa menghantarkan ku masuk kedalam tempat terakkhirku, membaringkan ku ke dalam pembaringanku"
Wahai anakku itulah permintaan terakhirku, sekarang tidak bayak aku inginkan hanya doa dari engkau, wahai anak ku yang sholeh dan sholeha.
Komentar
Posting Komentar